Pages

Saturday, May 25, 2013

Cerpen - "Dian, Aku Suka Kamu"

Hai semua, sudah luamyan lama aku tidak nge-post. Dan sekarang, saya akan membagikan cerpen buatan saya (cerpen asal buat). Heheheee, semoga cerpen ini dapat mendapat respon yang baik dan diterima. Silahkan dibaca ....

Dian, Aku Suka Kamu
Karya : Aditya Nurmadika
  
Semua terlihat hitam, gelap, dan aku tak dapat melihat apapun, namun tiba-tiba terlihat jelas dihadapanku, setitik cahaya kecil namun terang. Kudekatinya cahaya tersebut, makin dekat dengan cahaya tersebut makin mataku tak sanggup melihatnya, hingga kemudian kupejamkan mataku... lalu terdengarlah suara alarm yang terdengar bising ditelinga, kemudian kubuka mataku perlahan dan ternyata itu semua hanyalah mimpi,”hmmm, hanya mimpi. Tapi, apa artinya mimpi ini?”, pertanyaan itu masih menjadi tanda tanya besar hingga kubangun dari tempat tidurku dan kulihat jam dikamarku, “waduh, udah jam setengah tujuh nih, bisa telat nanti aku kesekolahnya”. Dengan keadaan yang setengah sadar itu aku berlari menuju kamar mandi yang ada di bawah tangga, dan kupercepat mandiku dengan harapan agar tak telat kuberangkat ke sekolah. Tak seperti biasanya aku bangun kesiangan, hingga aku pun lupa untuk solat subuh.
Setelah mandi, kupersiapkan seluruh kebutuhanku sebelum berangkat sekolah, lalu bergegas ku menuju meja makan yang disana telah tersedia makan pagi yang terlihat begitu menggiurkan, namun makanan tersebut berubah menjadi tidak menggiurkan lagi setelah ku melihat jam tanganku yang telah menunjukan pukul 06.40, “haduh, pagi-pagi ini udah dibikin pusing”. Kuurungkan niatku untuk makan, dan bergegas mengambil kunci kontak sepeda motor, dan segera berpamitan. Dengan langkah yang terburu-buru aku pun berangkat menuju sekolah.
Sesampainya disekolah, gerbang telah ditutup, “Ahhh, sialan gara-gara bangun kesiangan nih, gerbang jadi ditutup gini”, memang ini merupakan pengalaman terlambat pertama sepanjang aku di SMA ini. Akhirnya, aku pun menunggu didepan gerbang selama kurang lebih setengah jam, memang itu tidak begitu lama, tapi itu cukup membuatku merasa malu. Namun, tak lama kemudian muncul dua cewek berboncengan yang juga telat sepertiku, dalam hati ku merasa sedikit bahagia, “hahaha, akhirnya ada temennya juga aku terlambat”.
Tak lama kemudian gerbang pun dibuka, dengan segera ku langsung memarkirkan sepeda motorku dan bergegas menuju kelas dengan sembunyi-sembunyi agar tak ketahuan guru, kemudian saat ku sedang berjalan di koridor... hepp, nafasku serasa berhenti sejenak,”ehem, mau kemana?, bukannya sekarang jamnya pelajaran?” tanya seorang guru dengan kerudung warna putihnya dan dengan senyum sinisnya menatap wajahku. “eehhh.., ini bu..., saya mau ke kesiswaan kan saya telat bu...” jawabku dengan sedikit terbata-bata dan senyum penuh kebohongan. “bukankah ruang kesiswaan itu ada di sana ya?” tanya lagi guru tadi yang tak kuketahui namanya dengan menunjuk arah belakangku. “oh, iya deng. Saya lupa bu, heheheee” ku jawab lagi dengan nada yang makin lama makin pelan. “Ayo ikut saya”, “baik bu”. Heehhh, kenapa bodo banget aku ya, sial lagi deh.
Kemudian ku ikuti guru itu tadi di belakangnya menyusuri koridor dan berbelok memasuki ruang kesiswaan, dan ternyata disana telah ada dua cewek tadi yang juga terlambat. Kupandangi salah satu dari cewek itu yang sepertinya aku mengenalinya. Apakah mungkin dia itu ...?, tak lama kuberfikir, sesorang telah menepuk bahu kananku, kulihatnya kebelakang dan ternyata ia adalah guru matematika yang ingin lewat. Tanpa kusadari aku telah menghalangi jalan yang sempit ini.“hey kamu, duduk sini” kata guru tadi, “baik bu Nisa” jawabku, “hey, nama saya bukan bu Nisa, nama saya bu Iin”, “oh, maaf bu” spontan saja kupanggil bu Nisa karena di meja tempat kami duduk terdapat nama Drs. Nisa Jubaidah. Kemudian, bu Iin memberi saya tugas untuk menuliskan kalimat ‘saya tidak akan terlambat’ lagi sebanyak 100 kalimat, dan saya harus menyelesaikan tugas tersebut terlebih dahulu jika ingin masuk kelas.
Setelah itu, kumulai menuliskan kalimat tersebut satu demi satu. Namun, setelah mendapat 10 kalimat, ku teringat dengan gadis tadi yang sepertinya aku mengenalinya, ku letakkan bulpoinku dan kemudian aku coba untuk memandangnya, dan tak kusangkan ia membalas pandanganku. Terlihatlah dua bola matanya, dan benar memang bahwa aku mengenalinya. Ia adalah Dian, ia teman semasa SDku dulu, dan dulu kami itu bersahabat hingga suatu saat persahabatan itu menjadi pertengkaran yang tak berujung.
Saat ku duduk di bangku sekolah dasar dulu, aku merupakan anak yang cukup terkenal di sekolah. Pada saat penerimaan nilai raport semester satu, aku mendapatkan ranking satu dikelas, itulah yang membuatku diberi tanggung jawab saat itu untuk mengikuti lomba mata pelajaran di sekolah lain, dan disanalah pula aku menemui teman sesekolah yang juga diberi tanggung jawab untuk mengikuti lomba sama sepertiku, mereka adalah Nindi dan Dian. Mulai dari sanalah kami saling akrab dan mulai berteman, kami juga sering mengikuti lomba-lomba secara bersamaan.
Waktu demi waktu terus berjalan, kami semua tumbuh bersama dalam suka dan duka semasa kecil. Melangkah kita bersama, menyusuri waktu yang tiada habisnya. Hingga suatu saat pertemanan kami berubah, dimana kami semua bertemu dalam kelas yang sama di kelas IIIA, Nindi mengajak kami bertiga untuk menjadi sahabat. Dan mulai saat itulah kami makin akrab dan makin mengenal satu sama lain. Suatu saat kami berada di kelas tiga, disaat jam kosong, aku tengah duduk dibangkuku yang berada di bangku nomor dua dari pojok kanan belakang, tiba-tiba Nindi memanggilku dan juga Dian yang tengah berada di bangku sampingku.
“Dian, Alip ...!”, Nindi memanggil kami berdua dengan suara yang tidak begitu keras.
“Iya, apa?”, kami berdua menjawab bersamaan.
“Kita sahabatan yuk, kalian mau nggak?”, balas Nindi dengan senyum penuh harapan.
“Ehmm, eamngnya kenapa kalo kita sahabatan?”, sahut Dian dengan penasaran.
“Ya nggak papa, kamu nggak mau?”, tambah Nindi
“Ya kalo aku sih mau-mau aja, itu Alip gimana?, kamu mau nggak Lip?”
“Kalo aku ya ....... mau dah”
Dari percakapan yang singkat itulah, kami bertiga menjadi sahabat. Tidak begitu banyak perubahan yang terjadi saat kami menjadi sahabat, semuanya terjadi sebagai mana biasanya. Akan tetapi, makin lama, masing-masing dari kami terus disibukan oleh kegiatan masing-masing, hingga kita makin lama makin jarang bersama. Akan tetapi, persahabatan kita masih tetap berjalan, hanya waktu saja yang memberi celah diantara kami.
Aku teringat suatu kejadian, pagi itu aku duduk di tempat yang biasa aku duduki di kelas. Saat itu aku masih kelas 4A. Akan tetapi suasana kelas sedikit berbeda, entah mengapa rasanya berbeda. Aku merasa teman-temanku yang lain membicarakanku. Lalu, kuberanikan bertanya kepada teman yang duduk disampingku, namanya Toni.
“Ton, kamu ngerasa ada yang aneh gak sama aku?”
“enggak ah, apanya yang aneh”. Ia menjawab dengan bibir sedikit tersenyum seperti menahan sesuatu.
“terus, kenapa kok aku ngerasa aneh aja ya dikelas ini”
“ahhh, mungkin itu cuma perasaanmu aja kali”
“semoga aja, ini memang perasaanku aja”
Saat itu aku masih saja penasaran. Lalu jam pelajaran dimulai dan semua anak sekolah masuk ke ruangannya masing-masing, begitu pula dengan teman-temanku. Sesaat sebelum guru masuk, sahabatku Nindy masuk dan ia tersenyum kepadaku dan kubalas lagi senyumannya. Akan tetapi, setelah itu teman sebelahku Didit tersenyum sumringah dan memukul-mukulkan bahunya ke lenganku. Aku bingung, ini kelas kok makin aneh aja ya rasanya.
Kemudian jam istirahat berbunyi, dan teman-teman semua menghampiri Nindy, mereka seperti menginterogasinya dan Nindy pun terihat seperti sedikit bingung dan marah. Aku tetap saja bingung. Dan kemudian Didit datang kepadaku dan berbicara.
“sih, ada yang lagi sukak ke kamu loh”.
“ehhmmm, maksudnya?”. Aku menjawab dengan sedikit bingung.
“iya, kamu disukai sama anak”
“sama sapa emangnya?”. dengan muka penuh penasaran ku jawab.
“sama....... Nindy”. Kemudian ia kabur begitu saja
Ku langsung kaget mendengar kata bahwa yang menyukaiku ternyata Nindy. Aku tidak bisa percaya itu, bukankah kita itu adalah sahabat. Aku masih kaget dan tidak percaya bahwa ialah yang dari tadi membuat suasana ini menjadi aneh. Tapi kemudian aku anggap biasa saja berita tersebut, belum tentu juga berita tersebut benar, mungkin saja itu hanya akal-akalan temen-temen aja. Disamping itu, aku memikirkan persahabatanku dengan Nindy dan Dian. Entah mengapa aku hanya memikirkan Dian saja, memang dia itu cantik dan pintar. Dari pada Nindy aku lebih menyukai Dian, dan sebenarnya aku berharap bahwa yang menyukaiku itu Dian bukan Nindy.
Waktu terus berjalan, dan dengan berjalannya waktu, berita tersebut terus saja menjadi topik yang menarik diantara teman-teman kelas, aku akui bahwa aku sedikit risih kalau lama-lama seperti ini. Entah aku tak tahu apakah ini memang benar atau tidak, namun semenjak berita itu meluas, aku dan Nindy tidak pernah saling berbicara, aku takut kalau berita ini dapat merusak persahatanku dengan Dian. Namun kubiarkan saja berita itu bak angin berlalu. Entah mengapa yang kupikirkan hanyalah sosok Dian, kurasa aku mulai menyukainya. Untuk mengurangi rasa risihku dengan berita tersebut, aku mencoba untuk lebih dekat lagi dengan Dian, entah bagaimanapun caranya. Dan tak kusangka ternyata dia tidak terganggu dengan berita tersebut.
Saat ini, kami sudah kelas 6. Makin lama aku dan Dian makin akrab, dan ternyata itu membuat Nindy marah. Saat itu pelajaran berlangsung, aku dan Dian ditunjuk untuk mengerjakan soal diluar kelas. Saat itu kami mengerjakannya secara bersama. Dan setelah bel istirahat berbunyi, Nindy datang menghampiri Dian.
“heh, maksudmu itu apa seh deket-deket sama dia?” ia berbicara dengan nada tinggi
“apanya? Maksudmu itu apa? Dian terlihat bingung
“kamu kan yang deket-deketin Alip terus”
“loh, terus itu masalah buat kamu?”
“ya iyalah, aku sukak sama dia”
“kalo kamu sukak, apa aku gak boleh ngerjain soal bareng Alip?”
“nggak!”
“maksudmu itu apa seh..., dulu yang ngajak jadi sahabat itu sapa?, kamu kan?, dan sekarang kamu sendiri yang coba untuk ngancurin itu semua. Inget kamu sama apa yang kamu ucapin dulu”
“tapi itu kan udah dulu, sekarang udah beda”
“terserah kamu!”
            Aku melihat kejadian itu didepan mataku sendiri, dan aku merasa kaget banget karena memang benar berita tersebut. Tapi entah mengapa aku marah sama Nindy karena dia telah memarahi Dian, dan sukak sama aku. Tapi, aku juga merasa bersalah, kenapa aku juga sukak sama Dian. Hal itu membuatku bingung dan kemudian aku pergi meninggalkan mereka semua.
            Semenjak kejadian itu, mereka berdua tidak pernah berbicara, dan bahkan mereka berdua bertengkar. Itu membuatku merasa bersalah karena pertengkaran mereka disebabkan oleh aku. Namun dibalik itu semua, aku sudah tak sanggup lagi memendam perasaanku kepada Dian, dan saat itu dia duduk di depanku, lalu aku terang-terangan saja mengucapkan kalimat
“DIAN, AKU SUKA KAMU”
Sontak saja itu membuatnya kaget, dan kemudian ia pergi begitu saja. Aku tak tau lagi harus berbuat apa, aku ingin menghampirinya tapi aku takut. Aku hanya diam dan merenungkan apa yang telah aku perbuat. Itu adalah kata terakhir yang kuucapkan padanya karena setelah itu kami lulus dan mencari sekolah lanjutan.
            Aku tak bisa melupakannya begitu saja, karena ia adalah teman yang ku anggap lebih. Ia akan selalu kuingat, sampai kapanpun.
            “Heh, Alip.... Alip..... ALIP!!”
“Hah, hah, iya Dian?.... oh, maaf bu. Iya ada apa bu?”. aku kaget karena terbangun dari lamunanku.
“Dian? Siapa itu Dian?...... Sudah, cepat kerjakan tugasmu. Temanmu sudah selesai mengerjakannya, coba lihat punyamu?”
“Heh, baik bu”
Setelah itu kulihatnya cewek yang mirip Dian, dan ternyata ia telah selesai dan kembali kekelas. Huft, padahal aku masih ingin melihatnya dan memastikan bahwa ia adalah Dian.
Setelah beberapa waktu berlalu, aku telah menyelesaikan tugas itu. Dan bergegas kembali ke kelas. Dan sampainya didepan pintu kelas, aku melihat sesosok wanita cantik sedang berdiri didepan kelas, ia sedang memperkenalkan diri. Kuperhatikan dia, dan kemudian ia menyebut namanya, “nama saya Andian Fitri, kalian bisa memanggil saya Dian”. Aku kaget dan merasa senang, karena ia memanglah Dian sahabatku dulu.

No comments :

Post a Comment