Pages

Sunday, March 11, 2012

Sejarah Kehidupan Raja Tutankhamun

TUTANKHAMUN
Tutankhamun adalah firaun ke-12 dari dinasti eighteen Mesir (1333-1323 SM). Selama periode itu dikenal sebagai Kerajaan Baru. tutankhamun memiliki nama asli Tutankhaten yang berarti "gambaran hidup Aten". Sedangkan Tutankhamun berarti "gambaran hidup Amun". Tutankhamun adalah putra dari Akhenaten. Ibunya diyakini bangsawan yang disebut Kiya. dan Ibu tirinya adalah Nefertiti, istri kepala Akhenaten.Tutankhamun memiliki istri bernama Ankhesenpaaten ( alias Ankhesenamun alias Ankhesenamen ). Anaknya tidak ada yang selamat sehingga kedua putrinya dikuburkan bersama Tutankhamun.



Misteri Keluarga Raja Tutankhamun
Kebanyakan orang menyadari bahwa Tutankhamun meninggal pada usia yang muda antara 18 atau 19 tahun dan kontrofersi seputar penyebab kematianya. Keluarga Raja Tut terdiri dari beberapa karakter paling terkenal dalam sejarah Mesir Kuno. Hidup mereka dikelilingi dengan perubahan yang kacau dan revolusioner di Mesir. Pembunuhan, misteri yang selalu mengelilingi kehidupan keluarga Raja Tut. Ayahnya, Raja Akhenaten dan Ibu tirinya Nefertiti yang secara misterius menghilang. Kemudian Ay Wazir Agung yang juga ayah dari Nefertiti dan kakek dari Ankhesenamun juga meninggal dalam keadaan misterius.



Incest Dalam Kehidupan Keluarga Raja Tut
Ada beberapa keluarga Raja Tut yang melakukan incest (perkawinan sedarah). Incest dipandang sebagai unsur yang dapat diterima dalam kehidupan para Dewa dan Dewi Mesir, untuk mempertahankan garis keturunan suci. Raja Tut juga melakukan perkawinan sedarah untuk mempertahankan garis keturunanya, ia menikah dengan Ankhesenamun yang merupaka adik tirinya (putri dari Raja Akhenaten dan istrinya Nefertiti, dan cucu dari Ay). Hal ini juga membuka misteri kematian kedua putrinya, yakni diakibatkan oleh perkawinan sedarah oleh ayah dan ibunya yang mengakibatkan kedua putrinya tidak sehat dan akhirnya meninggal.



Ayah Raja Tutankhamun - Raja Akhenaten


Akhenaten, Ayah Raja Tut, memulai sebuah revolusi religius ketika ia memaksa Bangsa Mesir untuk mnegubah agama, dari agama politeistik (menyembah banyak dewa) ke agama monoteistik (menyembah satu dewa), yang bernama Dewa Aten (. Akhenaten umumnya dibenci oleh rakyat mesir. Ian menggunakan kekuatan tentara Mesir untuk menegakan ide-ide tersebut dan menghapus agama lama dan imamatnya.  Seluruh penduduk Thebes (daerah kekuasaanya) menuju ke Amarna (daerah yang ia bangun untuk modal barunya). Ekonomi lama yang berbasis tradisional yang dijalankan oleh para imam, telah digantikan oleh rezim baru yang dijalankan oleh administrator lokal dan komandan militer. Karna mayoritas warganya tidak setuju dengan keputusan Akhenaten maka ia dipaksa mundur dari jabatannya sebagai Raja Mesir. Tak lama stelah itu ia pun meninggal. (kematianya masih menjadi misteri).



Ibu Tiri Raja Tutankhamun - Nefertiti


Nefertiti (yang indah telah datang), ia dikenal karna kecantikanya. Nefertiti adalah istri dari raja Akhenaten (setelah itu bergelar Amhenotep III). mereka tinggal di Tell El Amarna, suatu daerah yang Akhenaten bangun untuk menyembah dewa Aten mereka. disana mereka dijaga oleh keluarganya dan keyakinan mereka menjadi agama baru Mesir. tidak ada yang diketahui tentang masa sang ratu dan tidak ada bukti yang meyakinkan tentang orang tua Nefertiti pula. Namun beberapa orang percaya bahwa kemungkinan ayahnya adalah Aye, karna prasati yang ditemukan didalam makamnya itu menyatakan dia ayah dari mutnodjmet, adiknya.
Dua belas tahun ke periode Amarna Nefertiti menghilang. dia bisa saja meninggal karna penyakit, namun beberapa orang menolak perkiraan tersebut. sedikit yang diketahui tentang kepergianya karna kerusakan yang diakibatkan penerus Akhenaten.



Istri Raja Tutankhamun - Ankhesenamun


Ankhesenamun berarti ( Dia tinggal melalaui amun atau Hidup melalui Amun). pertama ia dikenal sebagai Ankhesenpaaten (artinya Tinggal melalui Aten atau Hidup melalui Aten). Namanya itu ia dapatkan karna perkawinanya dengan Tutankhamun. Ia masih berusia 13 tahun ketika menikah dengan Tutankhamun, saudara tirinya. Ankhesenamun adalah putri ketiga dari Akhenaten dan Nefertiti. Mereka memiliki enam orang anak, Meritaten, Mekataten, Ankhesenpaaten (ankhesenamun), Nefernefruaten, Nefernefrure, dan setepenre. Tiga pertama putri tampaknya lebih terkenal atau menonjol dalam hirarki keluarga dibandingkan dengan tiga putri terakhir. karna ketiga putri pertama sering digambarkan dalam gambar dari tiga anak terakhir.



Raja Mesir ( 1333 - 1323 SM) - Raja Tutankhamun


Tutankhamun lahir pada tahun 1343 SM. Masa kecil Tutankhamun dihabiskan di kota baru Amarna, dimana orang tuanya mengambil peran sebagai penguasa otokratik. Pendidikan agamanya telah didasarkan pada agama baru dan menyembah dewa tunggal, Aten (Dewa Matahari). Ini adalah masa perubahan dan pergolakan besar bagi orang orang yang tinggal disekitarnya, tetapi sebagai anak-anak ia akan bermain dengan anak-anak dalam kerajaan. Sungai Nil juga memainkan peran besar dalam kehidupan sehari harinya. Tutankhamun kecil juga gemar untuk menunggang kereta (terbukti dalam penggambaran makamnya terdapat adegan ia menunggang sepeda).
Bangsa Mesir kuno hidup dalam sebuah masyarakat yang teratur baik yang dikelola oleh penegak hukum, hakim, dan pengadilan. Bangsa Mesir kuno juga sangat menyukai musik begitu pula tutankhamun yang menikmati musik untuk menjadi titik fokus di perjamuan dan upacara keagamaan.



Pemerintahan Raja Tut


Masa kecil Tut segera berakhir ketika ia berusia 7 tahun. Ayahnya Akhenaten dipaksa turun tahta setelah memerintah selama 17 tahun, dan segera setelah itu meninggal. Sepeninggal Akhesenamun, keadaan negara menjadi semakin kacau. Kemudian muncul sebuah misteri tentang seseorang bernama Smenkhare Ankhetkheperure naik tahta. Ada spekulasi bahwa ia sebenarnya adalah Nefertiti, istri kepala Akhenaten, dan Ibu mertua dan Ibu tiri Tut. Smenkhare hanya memerintah selama 2 tahun. Kemudian tahta kerajaan diserahkan kepada Tut yang baru berusia 9 tahun disaat ia memerintah. Sebagai anak berusia 9 tahun, Tutankhamun tidak lebih dari seorang Raja Boneka, yang bergantung pada saran dari para Bupati dan Ay Wazir dan dukungan dari militer yang dipimpin oleh jenderal Horemheb selama pemerintahanya. Pada tahun yang sama ia menjadi Fir'aun, Tut menikahi Ankhesenpaaten, setengah saudara perempuanya dan juga anak ketiga dari Akhenaten dan Nefertiti dan cucu dari Ay.
Ketika Raja Tut berusia 12 tahun, reaksi terhadap agama baru begitu kuat, bahwa Fir'aun muda mengubah namanya dari Tutankhaten menjadi Tutankhamun. Dan pada tahun yang sama Ankhesanpaaten merubah namanya menjadi Anksenamun. Setahun kemudian istana pindah kembali ke ibukota lama di Thebes yang merupakan pusat penyembahan dewa lama (Amun). Setelah sebelumnya isatana itu berada di kota Amarna, kota yang dibangun ayahnya (Akhenaten).
Usianya yang mulai menginjak remaja ini, Tutankhamun mulai belajar untuk memerintah sebuah kerajaan. Memperkuat pemerintahan kerajaan, Raja Tut memerintahkan untuk membangun berbagai karya bangunan juga sebagai pemulihan kuil-kuil lama di Karna dan Thebes. Raja Tut juga menangani masalah eksternal Mesir, termasuk pertempuran dengan musuh-musuh Mesir. Perang dalam masa pemerintahan Raja Tut berperang melawan Orang Het, orang Mitanni dan Nubia. Pada saat pemerintahanya terjadi sebuah perang antara Kerajaan Mesir Kuno dengan para Mesopotamia dan perampok Kushite dari Nubia dan Sudan. Raja Tut juga turut serta dalam pertempuran tersebut, bukti menunujukan terdapat gambaran Raja Tut menaiki sebuah kereta bersama para pejuang lainya di makam Raja Tut. Lama kelamaan Kerajaan Mesir menjadi semakin kuat dan makmur.
Raja Tut dengan istrinya Ankhesenamun tampaknya memiliki pernikahan yang bahagia, akan tetapi kebahagian itu tampak tak sempurna karna tidak ada anak-anak mereka yang selamat dalam masa pertumbuhan. Mumi dari kedua putri Raja Tut dikubur bersamanya di dalam makamnya.



Kematian Raja Tutankhamun


Kematian Raja Tut hingga saat ini masih menjadi misteri besar yang belum dipecahkan. Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa kematian Raja Tut disebabkan karna dibunuh. Ada pula beberapa penelitian membuktikan bahwa Raja Tut jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
Raja Tut Dibunuh ?
Beberapa orang berpendapat bahwa kematian Raja Tut, dikarenakan ia dibunuh. Juga terdapat bukti bahwa dibagian belakang tulang tengkoraknya terdapat sebuah lubang dan keretakan-keretakan pada tulang tengkoraknya. Menurut para ahli bahwa seseorang telah memukul bagian belakang kepala Raja Tut sehingga ia meninggal.
Raja Tut Jatuh dari Keretanya ?
Beberapa orang juga berpendapat bahwa kematian Raja Tut diakibatkan karna ia jatuh dari keretanya. yang kemudian ia mengalami sakit parah. Kemudian setelah ia menderita sakit parah ia pun meninggal. Bukti juga mengatakan bahwa tempurung lutut Raja Tut telah hilang, tulang rusuk dan tulang dadanya banyak yang retak, ini mungkin disebabkan karna jatuhnya Raja Tut dari keretanya. Dalam makam Raja Tut juga telah ditemukan tongkat-tongkat, kemungkinan tongkat ini dipakai Raja Tut untuk membantunya berjalan.
Raja Tut Terserang Penyakit Malaria dan Kelainan Tulang ?
Beberapa orang juga ada yang berpendapat bahwa Penyakit Malaria dan Kelainan Tulanglah yang menyebabkan ia sakit keras dan akhirnya meninnggal.
Kematian Raja Tut yang mendadak ini dan tidak meninggalkan ahli waris sangat membingungkan seluruh isi Kerajaan Mesir. Raja Tutankhamun meninggal pada Usia 19 tahun. Dan kematian ini telah membawa akhir dari masa Pemerintahan Raja Tutankhamun, Raja Mesir Termuda.

Sumber : www.king-tut.org.uk/life-of-king-tut/index.htm, dan sumber-sumber lainya.

No comments :

Post a Comment